Pages

Rabu, 04 Desember 2013

Permainan Tradisional Rakyat Bugis

Dapat dikatakan bahwa hampir semua permainan rakyat tradisional Bugis dilakukan setelah panen. Hal tersebut dikarenakan oleh waktu panen yang hanya dilakukan sekali dalam setahun. Dan untuk mengisi waktu lowong yang cukup panjang maka lahirlah berbagai macam permainan rakyat.

1. Marraga
Marraga/Mandaga adalah bahasa Bugis yang didalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama bermain atau bersepak raga. Penamaan ini berasal dari jenis peralatan permainan yang digunakan yaitu raga. Adapun istilah raga bersumber dari makna dan fungsi permainan, yaitu siraga-raga artinya saling menghibur. Pada zaman dahulu, seorang pemuda belum bias menikah jikalau belum mahir bermain raga. Seorang ahli permainan raga merupakan kebanggaan dan dikagumi masyarakat yang berarti turut meningkatkan status sosial seseorang.
Raga yaitu sejenis bola yang terbuat dari rotan yang dibelah-belah, diraut halus kemudian dianyam, umumnya berukuran dengan diameter sekitar 15 cm.
Asal usul permainan raga sehingga dikenal di daerah Sulawesi Selatan, diperkirakan berasal dari Malaka atau pulau Nias. Sehubungan dengan ini, W. Kaudren (Games and Dances In Celebes, 1927), secara tegas meragukan bahwa berasal dari Malaka, dengan alas an masyarakat tradisional yang ada di Malaka tidak mengenal permainan ini. Dia lebih cenderung pada pendapat bahwa permainan ini berasal dari daerah pantai barat Sumatera yaitu pulau Nias, karena daerah tersebut umumnya penduduk mengenal permainan ini. Pada mulanya permainan raga hanya dilakukan oleh kalangan bangsawan Bugis saja, namun didalam perkembangannya selanjutnya dapat dilakukan oleh masyarakat luas. Ada dua hal yang merupakan unsure pokok permainan raga yaitu Sempek atau sepak dan belo yakni variasi.

2. Maggassing
Penamaan permainan ini bersumber dari peralatan pokok yang digunakan dalam bermain yaitu Gasing. Asal usul permainan ini belum dapat dipastikan benar, namun dugaan yang paling kuat berasal dari Sumatera, sebagaimana yang dikemukakan oleh Kauderen dan Matthes dalam bukunya “Tot Bijdragen De Ethnologie Van Zuid Celebes”. Bahwa kemungkinan permainan ini berasal dari Sumatera, kemudian berkembang ke daerah-daerah lainnya sesudah Islam melalui hubungan dagang. Khususnya di Sulawesi Selatan kemungkinan ini dapat diterima karena sejak lama telah terjadi kontak dengan orang-orang Melayu, khususnya Sumatera.

3. Maccuke
Berasal dari bahasa Bugis yaitu Cukke yang artinya ungkit, yang dengan demikian Maccukke berarti bermain ungkit. Permainan cukke termasuk permainan musiman yang umumnya dilakukan sedudah panen sampai pada waktu menjelang turun ke sawah dan dilakukan pada siang hari.

4. Maggaleceng
Permainan dilakukan malam sampai pagi hari sebagai acara rangkaian perkabungan, dimana penyelenggaraannya berlangsung sampai pada upacara pemasangan batu bata dan nisan kuburan orang yang meninggal yang didaerah Bugis disebut dengan Matampung. Maggaleceng biasanya berlangsung selama tujuh malam , 40 malam ataukah 100 malam jika yang berkabung adalah keluarga raja. Dengan melihat suasana permainannya menunjukkan bahwa permainan ini juga berfungsi untuk menghibur keluarga yang berkabung dan selama berjaga-jaga supaya tidak mengantuk. Pada zaman dahulu, oleh masyarakat tradisional Bugis, permainan ini termasuk jenis permainan sakral, berhubungan dengan nuansa magis.

5. Massaung Manuk
Berasal dari kata saung yang berarti sabung dan manuk yang berarti ayam. Dilakukan untuk memeriahkan pesta-pesta adat misalnya perkawinan, pelantikan raja-raja, pesta panen dan sewaktu mengeringkan padi di lapangan. Pada waktu silam, permainan ini merupakan kegemaran kaun bangsawan pada umumnya dan juga dapat disaksikan oleh masyarakat umum. Dikalangan raja-raja terkadang mengadakan pertandingan antar kerajaan, yaitu dengan mengundang raja-raja disekitarnya. Sehubungan dengan kepercayaan masyarakat tradisional, maka yang disabung bukanlah ayam sembarangan. Tetapi yang telah dimantra atau jampi-jampi dan dirawat dengan cermat. Usia permainan ini sudah sangat tua dan dijumpai hamper diseluruh nusantara. Menurut cerita rakyat Bugis, bahwa dahulu kala yang disabung adalah manusia, yang diselenggarakan oleh kalangan raja-raja/bangsawan sebagai hiburan sekaligus untuk mendapatkan Tobarani (pemberani). Tetapi dikemudian hari karena dianggap terlalu kejam dan merendahkan martabat manusia, maka diganti dengan ayam. Masyarakat tradisional Bugis berkeyakinan bahwa dengan senantiasa melihat pertandingan dan darah, maka akan menambah keberanian dan kesaktian.

6. Maggale
Merupakan sejenis permainan yang menggunakan Kaddaro atau tempurung kelapa. Pada zaman dahulu, permainan ini umumnya dilakukan sesudah panen dan juga pengisi waktu senggang di kala pagi hari atau sore hari. Permainan ini tidak didasarkan pada latar belakang stratifikasi sosial dan karenanya sangat merakyat dalam masyarakat tradisional.

7. Mallogo
Penamaannya bersumber dari peralatan utama bermain yaitu Logo (berbentuk cangkul). Bentuknya yang seperti cangkul mencerminkan nilai budaya Bugis yang bersandar pada kehidupan agraris. Biasanya dilakukan sesudah panen dan juga pada waktu senggang lainnya. Logo terbuat dari tempurung kelapa yang berkualitas baik dan berbentuk segitiga yang ujung-ujungnya ditumpulkan.

8. Massalo
Pada mulanya dimainkan pada malam hari kala bulan purnama setelah panen usai dan selanjutnya dilakukan pada waktu senggang lainnya. Permainan ini merupakan permainan rakyat pada umumnya untuk anak-anak belasan tahun dan kadang-kadang juga dilakukan oleh para remaja.

9. Mabbangngak
Merupakan permainan musiman yaitu setelah panen kemiri, namun selama masa pati ngelle yaitu sesudah padi dituai sampai turun sawah berikutnya. Juga senantiasa diadakan karena umumnya anak-anak/remaja yang hobi memiliki persiapan kemiri, khususnya bagi anak-anak gembala dijadikan pengisi waktu senggang. Permainan ini merupakan permainan dari golongan masyarakat biasa atau rakyat kecil, dimana kehadiran dan perkembangan permainan ini ditunjang oleh keadaan alam masyarakat Bugis, terutama mereka yang hidup dan bermukim di daerah-daerah pertanian/perkebunan. Perlengkapan permainan terdiri atas buah kemiri, yang dalam bahasa Bugis disebut Pelleng.

10. Mallongngak
Berasal dari kata longak yaitu nama mahluk halus sejenis jin yang bentuk badanya sangat tinggi, dimana kata longak diartikan juga dengan tinggi atau jangkung. Sehubungan dengan penamaannya ini, DR. B. F. Matthes didalam bukunya “Bijdragen Tot De Ethnologie Van Zuid Celebes”, mengemukakan bahwa kemungkinan Mallongnga berasal dari nama seorang raksasa. Merupakan permainan yang digemari rakyat pada umumnya karena cukup menarik, dengan melihat bentuk dan cara bermain, termasuk jenis permainan olahraga. Sehubungan dengan fungsi Mallongnga, DR. B. F. Matthes, berdasarkan hasil penelitiannya, mengemukakan bahwa kemungkinan dahulu permainan ini merupakan salah satu bentuk pertunjukan upacara. Didalam kehidupan masyarakat tradisional Bugis dimasa silam, penyelenggaraan permainan ini berkaitan dengan problema magis yang tentunya tidak terlepas dari kepercayaan masyarakat yang mistik religius. Antara lain dapat dilihat dalam fungsi permainan yang dianggap sebagai penangkal penyakit. Apabila disuatu kampung terdapat penyakit yang merajalela, maka tujuh orang pria dari kampung tersebut dengan berpakaian putih semacam talqun, Malongak mengitari kampung selama tujuh kali dengan maksud mengusir roh jahat yang menyebabkan wabah tersebut. Dengan cara ini mereka yakin bahwa Longngak yaitu mahluk halus yang dianggapnya baik itu akan turut membantu mereka. Didalam perkembangan selanjutnya, terutama setelah ajaran-ajaran Islam tersebar luas dalam masyarakat Bugis, maka fungsi religius ini tidak berfungsi lagi, melainkan dilakukan hanya sekedar bermain di kalangan anak-anak dan remaja. Mengenai asal usul permainan ini belum dapat dipastikan benar, sebab selain di daerah Bugis, juga dijumpai dibeberapa daerah lainnya seperti Minahasa dan Mongondou di Sulawesi Utara yang disebut Mogilangkadan. Orang Mori di Palu dan Poso menyebutnya Motilako, di pulau Jawa dikenal dengan nama Jangkungan dan juga terdapat di pulau Buton Sulawesi Tenggara dan di Sumatera. DR. B. F. Matthes mengemukakan bahwa Mallongnga dijumpai pula di Filipina, Malaysia dan Jepang. Berdasarkan penyebarannya ini, Matthes memperkirakan bahwa Mallongnga di Sulawesi Selatan kemungkinan dari Filipina melalui Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah. Selanjutnya Mathhes mengatakan kemungkinan Mallongnga di Indonesia lebih tua dari kebudayaan Hindu karena ditemukan di banyak tempat yang tidak dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu. Misalnya dikalangan orang-orang Polynesia, Mallongnga merupakan salah satu kebudayaan penting yang ada sejak dahulu. Perlengkapan permainan terdiri atas dua batang bambu yang kuat dan panjangnya lebih dua kali tinggi badan yaitu sekitar 3 meter. Mengenai panjang bambu tergantung pada tingkat perkembangan usia dan keberanian seorang pemain.

11. Majjeka
Berasal dari kata Jeka yang artinya jalan. Merupakan permainan masyarakat pada umumnya oleh karena bahan utamanya mudah diperoleh. Perlengkapan permainan terdiri atas tempurung kelapa yang utuh dan kuat dan tiap belahan ujungnya dibei lubang. Juga terdapat dua utas tali yang ujungnya/panjangnya kurang lebih 1,5 meter.

12. Mappasajang
Berasal dari kata Sajang yang artinya melayang. Sedangkan orang Bugis yang berdiam di Sidenreng Rappang menamainya Malambaru, berasal dari kata Lambaru, yakni ikan pari. Penamaan ini berdasarkan kepada bentuk peralatan pokok dari permainan ini, yaitu menyerupai ikan pari. Dan saat ini lebih populer dengan nama permainan laying-layang. Bentuk dan ragam hias layang-layang berbagai macam, tetapi masyarakat Bugis tradisional umumnya menggunakan bentuk dan corak binatang. Menurut sejarahnya bahan yang digunakan pada mulanya adalah jenis dedaunan yang lebar dan telah kering kemudian diberikan tali. Setelah penggunaan kertas dikenal, mulailah dijadikan sebagai bahan utama pembuatan layang-layang.
13. Maggeccik
Berasal dari kata geccik yang artinya menyentik. Merupakan permainan tradisional yang hanya dapat dilakukan oleh kalangan masyarakat biasa. Peralatan permainan adalah biji-bijian, umumnya yang digunakan adalh biji asam.

14. Mappolo Beceng/Mallappo Pinceng
Termasuk jenis permainan rakyat untuk golongan anak-anak. Didalam penyelenggaraan permainan, tidak dilakukan pembauran antara pria dan wanita. Dengan kata lain, yang pria bermain dengan sesamanya dan wanita juga bermain dengan sesamanya.

15. Massantok
Di daerah Bugis, permainan ini populer dengan nama Massantok, kecuali orang Bugis yang berdiam di Soppeng menyebutnya Maggalantok. Termasuk jenis permainan yang dapat dilakukan oleh semua golongan masyarakat. Kehadiran permainan ini sangat berkaitan dengan kegemaran suku Bugis menunggang kuda. Peralatan permainan terdiri atas sebuah batu besar yang akan dijadikan sebagai sasaran lontaran permainan dan sebuah batu agak kecil dan pipih sebesar genggaman tangan untuk masing-masing pemain sebagai alat pelempar.

16. Rengngeng
Dewasa ini, rengngeng lebih populer dengan nama perburuan rusa. Masyarakat tradisional Bugis melakukan secara kolektif sesudah panen atau pada waktu jagug sudah hampir berbuah. Pada masa silam, merupakan permainan kegemaran kaum bangsawan, dimana Rusa adalah salah satu binatang liar yang digemari karena dagingnya enak. sebagai suatu kegemaran pada mulanya timbul dan dilakukan oleh kaum bangsawan sebagai suatu hiburan kreatif sekaligus melatih ketangkasan personal untuk menghdapi kemungkinan perang. Perburuan Rusa juga digunakan pula untuk mencari bibit-bibit Tobarani yang tangguh dan gesit.

17. Mattojang
Mattojang adalah penamaan permainan di daerah Bugis, berasal dari kata tojang. Dalam bahasa Bugis lainnya disebut Mappare, berasal dari kata pere. Kata Tojang dan pere mempunyai arti yang sama, yaitu ayunan. Dalam hal ini yang dimaksudkan dengan permainan ini adalah permainan ayunan atau berayun. Pada umumnya Mattojang diselenggarakan dalam rangka memeriahkan pesta-pesta tertentu, yaitu pesta panen, pernikahan dan kelahiran seorang bayi. Dalam masyarakat Bugis tradisional, permainan ini diselenggarakan oleh kalangan bangsawan/raja-raja atau penguasa adat. Kehadiran permainan ini tidak bias dilepaskan dari kepercayaan masyarakat Bugis kuno. Menurut mitos yang melatarbelakangi penyelenggaraan permainan bahwa dimaksudkan untuk mengingatkan kembali prosesi diturunkannya manusia yang pertama yaitu Batara Guru dari Boting Langiq atau kayangan ke bumi. Beliau diturunkan ke bumi dengan tojang pulaweng atau ayunan emas. Batara Guru inilah yang dianggap sebagai nenek moyang manusia dan merupakan nenek dari Sawerigading, tokoh legendaris yang terkenal dalam mitos rakyat Bugis. Kemudian berkembang dalam bentuk permainan sebagai tanda syukur atas berhasilnya panen. Menurut Kauderen bahwa permainan ayunan kemungkinan berasal dari Jawa yang mulai masuk dan berkembang di Indonesia bersamaan dengan kedatangan pengaruh Hindu. Hal ini didasarkan pada persamaan waktu penyelenggaraannya serta cara pelaksanaannya, baik di Jawa maupun di India. Adapun perlengkapan Mattojang kuno terdiri atas dua batang kelapa atau bambu betung dengan tinggi kurang lebih 10 meter untuk tiang ayunan. Tali yang terbuat ari kulit kerbau yang dililit dan panjangnya sedikit lebih pendek dari tiang ayunan. Tudangeng merupakan tempat duduk yang terbuat dari kayu. Peppa yaitu alat penarik ayunan yang terbuat dari rotan atau tali sabut yang panjangnya 3-4 meter, dimana salah satu ujung peppa dikaitkan pada bagian bawah larik. Mattojang dilakukan oleh minimal 3 orang. Seorang berayun dan dua orang yang menarik dan mengayun-ayunkan kemuka dan ke belakang silih berganti. Pengayunan ini disebut Padere.

18. Mappadendang
Berasal dari kata dendang yang berarti irama atau alunan bunyi. Pada masa silam, mappadendang dilakukan di malam hari sewaktu bulan purnama. Selain itu diselenggarakan dalam kaitannya dengan upacara tertentu yakni pernikahan dan panen yang berhasil. Mappadendang hanya dilakukan oleh gadis-gadis dan pemuda-pemuda dari kalangan masyarakat biasa. Pada dasarnya permainan ini berasal dari bunyi tumbukan alu ke lesung yang silih berganti sewaktu menumbuk padi. Irama ini kemudian dikembangkan mnjadi mappadendang dengan menambah bobot irama tumbukan alu ke lesung. Pada fase berikutnya, permainan ini lebih dikembangkan lagi, dimana alunan irama lebih teratur disertai dengan variasi bunyi dan gerakan bahkan diiringi dengan tarian.

19. Makkurung Manu
Berasal dari kata kurungeng yang artinya kurungan dan manuk yang berarti ayam. Jadi yang dimaksudkan adalah permainan mengurung ayam. Penamaan permainan ini lebih bersifat simbolis. Termasuk jenis permainan rakyat untuk golongan anak-anak. Pada mulanya hanya merupakan permainan sembunyi-sembunyian. Akan tetapi karena kepercayaan masyarakat dulu bahwa banyak anak-anak yang hilang disembunyikan oleh mahluk halus yang bernama nasobbu talimpau. Maka pada umumnya anak-anak dilarang bermain sembunyi-sembunyian di malam hari. Kemudian muncullah permainan Makkurung Manuk yang dianggap lebih praktis dan berguna.

20. Maggunreco
Maggunreco adalah penamaan permainan ini didaerah Bugis umumnya. Di daerah Bugis Sidenreng Rappang lebih dikenal dengan nama Majepe atau Attele. Permainan ini dilakukan sewaktu suatu keluarga berkabung, yaitu pada malam pertama jenazah dimakamkan sampai pada waktu-waktu tertentu, seperti malam ketujuh, keempat puluh dan keseratus. Lamanya penyelenggaraan permainan bergantung kepada derajat kebangsawanan dan kemampuan materil seseorang. Pada masyarakat Bugis tradisional, permainan ini hanya diselenggarakan apabila yang berkabung adalah golongan bangsawan. Adapun yang bermain dapat dilakukan oleh siapa saja tanpa pembatasan status sosial seseorang. Puncak acara ini ialah pada malam hari malam keempat puluh. Menjelang esok harinya diselenggarakan upacara Mattampung yaitu penyusunan batu bata dan nisan permanen. Penyelenggaraannya berhubungan erat dengan kepercayaan masyarakat Bugis tradisional, bahwa orang yang mati sebelum cukup empat puluh hari empat puluh malam, masih berada disekitar rumah dan keluarganya. Sesudah itu barulah san roh pergi ke tempatnya yang abadi. Dengan demikian, puncak acara yang diselenggarakan pada malam keempat puluh tersebut merupakan perpisahan agar perjalanan rohnya selamat. Pada mulanya permainan ini bersifat religius, pantang dilakukan pada hari-hari lain karena mengundang kematian. Namun dengan masuknya Islam, permainan ini kemudian dilakukan disembarang waktu.

21. Massempek
Berasal dari kata sempek yang berarti sepak. Dengan demikian yang dimaksudkan adalah permainan saling menyepak atau berlaga dengan menggunakan kaki. Diselenggarakan pada pesta atau upacara adat, misalnya panen, pernikahan, pelantikan raja dan kadang-kadang dilakukan untuk mengisi waktu senggang. Dalam masyarakat Bugis tradisional, permainan ini hanya dilakukan oleh kalangan budak (ata’). Pada mulanya penyelenggaraan permainan ini hanya sekedar keisengan dari kalangan bangsawan untuk menghibur diri dengan jalan mengadu hamba sahayanya. Dikemudian hari berkembang menjadi permainan yang digemari oleh masyarakat umum.

22. Mallanca
Berasal dari kata lanca, yaitu menyepak dengan menggunakan tulang kering, yang sasarannya ialah ganca-ganca, yakni bagian kaki diatas tumit. Permainan ini termasuk yang digemari oleh masyarakat Bugis tradisional dalam rangkaian penyelenggaraan pesta-pesta adat dan hanya dilakukan oleh kalangan budak (ata’). Sebagaimana halnya dengan Massempek, maka Mallanca ini pada mulanya hanya sekedar hiburan kalangan bangsawan yang kemudian turut digemari oleh masyarakat luas.

23. Mammencak
Berasal dari kata mencak yang artinya pencak atau silat. Jadi yang dimaksud adalah permainan pencak silat. Dilakukan pada pesta-pesta/keramaian adat yang diselenggarakan oleh suatu keluarga serta upacara adat lainnya yang diselenggarakan oleh masyarakat. Asal permainan ini diperkirakan dari Semenanjung Malayu melalui Sumatera, dengan perantaraan dari orang-orang Melayu yang dating ke Sulawesi Selatan dimasa silam. Hal ini didasarkan pada penamaannya yang juga disebut dengan Silak Melayu atau Silat Melayu.

24. Maccubbu
Berasal dari kata cubbu yang berarti sembunyi, atau dengan kata lain Maccubbu berarti bermain sembunyi-sembunyian. Termasuk kedalam permainan ini adalah Mallojo-lojo, Enggo, Mappajolekka dan Mallonci. Pada zaman dahulu, dimainkan pada bulan purnama, dimana ketika itu anak-anak keluar rumah bermain bersuka cita. Merupakan permainan rakyat yang sangat disukai oleh kalangan anak-anak.

sumber : http://www.rappang.com/2009/12/permainan-rakyat-bugis.html

Senin, 02 Desember 2013

Renungan Untuk Kita Semua

menikah-atau-belum
Ketika aku tiba di rumah malam itu, istriku sedang menyiapkan makan malam. Aku memegang tangannya dan berkata, “Aku ingin membicarakan sesuatu.” Dia duduk dan makan dengan tenang. Sekali lagi aku melihat ada luka di matanya, namun aku tidak tahu itu apa.
Aku ingin bicara, tapi aku merasa bingung harus mulai dari mana. Akhirnya aku berkata, “Aku ingin bercerai.” Dia tampaknya tidak terganggu oleh kata-kataku, bahkan dia hanya bertanya dengan lembut. “Mengapa?”
Aku menghindari pertanyaannya. Hal ini ternyata membuatnya marah. Dia membuang sumpit dan berteriak padaku, “kau bukan laki-laki!”
Malam itu , kami tidak berbicara satu sama lain. Dia menangis. Aku tahu dia ingin mencari tahu apa yang terjadi dengan pernikahan kami. Tapi aku tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan.
Aku memiliki Jane sekarang. Aku tidak mencintainya lagi. Aku hanya mengasihaninya!
Dengan perasaan yang amat bersalah, aku menuliskan surat perceraian dimana istriku memperoleh rumah, mobil kami, dan 30 % saham dari perusahaanku. Ia memandangnya sekilas dan merobek-robeknya!
Wanita yang telah menghabiskan sepuluh tahun hidupnya denganku telah menjadi orang asing. Aku merasa kasihan padanya karena waktu dan energinya sudah terbuang…
Tapi aku tidak bisa menjilat ludahku sendiri karena aku mencintai Jane. Akhirnya ia menangis dengan keras di depanku, yang sebenarnya sudah menjadi harapanku.
Bagiku, tangisannya merupakan suatu pembebasan….
Ide perceraian yang telah membuatku terobsesi selama beberapa minggu terakhir tampaknya lebih jelas sekarang.
Keesokan harinya, aku kembali ke rumah larut malam, dan menemukan dia menulis sesuatu di meja . Aku tidak makan malam tapi langsung tidur dan tertidur sangat cepat karena aku lelah setelah seharian bersama Jane. Ketika aku bangun, dia masih di posisinya semula. Aku tidak peduli dan tertidur lagi.
Di pagi hari dia memberitahu sesuatu yang cukup janggal, sebagai permintaannya sebelum kita bercerai. Dia meminta agar dalam satu bulan sebelum bercerai, kami berdua harus berhubungan seperti biasa. Alasannya sederhana: anak kami akan menghadapi ujian di sekolahnya dalam waktu satu bulan dan dia tidak ingin mengganggunya dengan kabar buruk.
Tapi dia memiliki permintaan lain lagi. Dia memintaku untuk menggendongnya setiap pagi, seperti saat aku membawanya ke kamar pengantin pada hari pernikahan kami….
Dia meminta agar setiap hari selama sebulan aku bisa menggendong dia keluar dari kamar tidur ke pintu depan. Aku pikir dia sudah gila . Namun, karena ini merupakan hari-hari terakhir kami bersama-sama, aku menerima permintaannya yang aneh itu.
Aku bilang Jane tentang kondisi ini. Ia tertawa keras dan berpikir itu tidak ada gunanya. “Tidak peduli apa trik yang ia lakukan, ia harus menghadapi perceraian ini,” ia mencemooh.
Aku dan istriku tidak pernah kontak badan lagi sejak kukatakan perceraian itu secara eksplisit. Jadi ketika aku menggendongnya keluar pada hari pertama, kami berdua tampak canggung.
Anak kami menepuk punggung kami, “Ayah membopong ibu,” kata-katanya melahirkan rasa sakit di hatiku.
Dari kamar tidur ke ruang duduk, lalu ke pintu, aku berjalan lebih dari sepuluh meter dengan ia dalam gendongan tanganku. Dia menutup matanya dan berkata lembut, “jangan memberitahu anak kita tentang perceraian”.
Aku mengangguk, merasa agak kesal. Aku menurunkannya di luar pintu. Dia pergi untuk menunggu bus untuk bekerja. Aku pergi sendirian ke kantor.
Pada hari kedua, bagi kami terasa lebih mudah. Ia merebahkan diri di dadaku. Aku bisa mencium wangi di bajunya. Aku menyadari bahwa sudah lama aku tidak pernah begitu memperhatikannya….
Aku melihat bahwa ia tidak muda lagi. Ada kerutan halus di wajahnya. Rambutnya mulai beruban…
Pernikahan kami telah membuatnya jadi korban. Untuk sesaat aku bertanya-tanya apa yang telah kulakukan padanya.
Pada hari keempat, ketika aku mengangkatnya, aku merasakan keintiman itu kembali. Ini adalah wanita yang telah memberi sepuluh tahun hidupnya untukku. Pada hari kelima dan keenam, aku menyadari bahwa keintiman kami mulai tumbuh lagi. Aku tidak memberitahu Jane tentang hal ini.
Setelah hampir sebulan, menjadi lebih mudah untuk menggendongnya. Mungkin latihan sehari-hari membuat aku lebih kuat.
Dia memilih apa yang akan dikenakan pada suatu pagi. Lalu ia menghela napas, “semua gaunku telah membesar.”
Aku tiba-tiba menyadari bahwa tubuhnya begitu kurus. Itulah alasan mengapa aku bisa membopongnya dengan ringan.
Sontak aku tersadar, dia telah mengubur begitu banyak rasa sakit dan kepahitan di dalam hatinya. Tanpa sadar aku mengulurkan tangan dan menyentuh kepalanya.
Anak kami masuk pada saat itu dan berkata, “Dad, saatnya untuk membawa ibu keluar.” Baginya, melihat papanya sedang membopong mamanya keluar menjadi bagian penting dari hidupnya. Istriku menunjuk ke anak kami untuk mendekat dan memeluknya erat-erat.
Aku membalikkan wajah sebab aku takut aku akan berubah pikiran pada menit terakhir ini. Aku kemudian membopongnya, berjalan dari kamar tidur, melewati ruang duduk ke teras.
Tangannya merangkul leherku dengan lembut dan alami. Aku menyangga badannya dengan kuat. Persis seperti hari dimana kami menikah.
Tapi berat badannya yang semakin ringan membuatku sedih. Pada hari terakhir, ketika aku memeluknya dalam pelukanku, aku hampir tidak bisa bergerak selangkahpun. Anak kami telah pergi ke sekolah. Aku memeluknya dengan kuat dan berkata, “aku tidak menyadari bahwa kehidupan kita begitu mesra.”
Aku pergi ke kantor. Melompat keluar dari mobil tanpa sempat mengunci pintu. Aku takut aku akan berubah pikiran.
Aku menemui Jane, dan berkata, “maaf, Jane. Aku tidak ingin bercerai lagi. Dia menatapku heran, dan kemudian menyentuh dahiku. “Kau kenapa?” tanyanya.
Aku lepaskan tangannya dari dahiku. “Aku tidak ingin bercerai,” kataku. Aku lalu bercerita kalau kehidupan rumah tanggaku berantakan bukan karena kami tidak saling mencintai lagi, tapi karena kami kurang menghargai detail-detail dalam kehidupan kami…
Sekarang aku menyadari bahwa sejak aku membawanya ke rumah pada hari pernikahan kami, aku seharusnya memeluknya sampai kematian memisahkan kita.
Jane terlihat kaget. Dia menamparku dengan keras dan membanting pintu. Ia menangis. Aku menuruni tangga dan pergi.
Di toko bunga di jalan, aku membeli karangan bunga untuk istriku. Pramuniaga bertanya kata-kata apa yang ingin kutulis dalam kartu. Aku tersenyum dan menulis, “aku akan menggendongmu setiap pagi sampai kematian memisahkan kita.”
Malam itu aku tiba di rumah, bunga di tanganku, senyum di wajahku. Aku berlari naik tangga hanya untuk menemukan istriku di tempat tidur. Dia meninggal.
Istriku telah berjuang selama berbulan-bulan melawan kanker tapi aku begitu sibuk dengan Jane. Dia tahu bahwa dia akan segera meninggal dan ia ingin agar anakku tidak menyalahkanku karena aku ingin bercerai. Setidaknya, di mata anak kami, aku suami dan ayah yang penuh kasih…


sumber : http://www.rodazaman.info/kisah-inspiratif/menikah-atau-belum-kalian-harus-baca-yang-ini/

Rabu, 27 November 2013

Destinasi Wisata Sulawesi Selatan Part II

kalo mau kopi paste silhkan cantumkan sumber. jadi ki bloger yang beretika


oke oke..... sekarang tulisan ku sendiri....
sedikit saya bagi info. khususx yang hobi wisata. ini tempat wisata yang ada di sulawesi selatan. tanahx orang bugis.... "wajib dikunjungi"

Ini lanjutan dari postingan Destinasi Wisata Sulawesi Selatan Part I

11. Buntu Matabing
 
Merupakan tempat wisata yang terletak di "Belopa". Dengan perpaduan panorama alam pegunungan dan pantai. Terdapat batu dengan bentuk menyerupai manusia, yang menurut legenda masyarakat setempat merupakan seorang penebang kayu yang dikutuk menjadi batu karena menebang pohon beringin keramat
12. Mesjid Jami
Adalah mesjid tertua di sulawesi selatan dan merupakan bukti bahwa kerajaan luwu merupakan daerah pertama masuknya agama islam di sulawesi selatan sekitar abad XV atau XVI

13. Kete Kesu
 
Merupakan kompleks perumahan adat Toraja yang masih asli, yang terdiri dari tongkonan, lengkap dengan alang sura' (lumbung padi). Dibelakang perkampungan ini terdapat situs pekuburan bergantung dan tau-tau dalam ruangan batu yang dipagar
14. Londa
 
Merupakan tempat pekuburan dinding berbatu dan tau-tau. Didalamnya terdapat gua dengan banyak tengkorak kepala manusia

15. Lemo
Tempat pekuburan yang dipahat pada dinding berbatu dan terdapat tau-tau (patung). jumlah lubang batu kuno 75 buah dan tau-tau 40 buah, sebagai lambang pretise, status, peran dan kedudukan para bangsawan di Lemo

16. Buttu Kabobong
 
Disebut "Erotic Mountain" karen bentukx yang menyerupai (maaf) kelamin wanita. Buttu kabobong merupakan perbukitan hasil endapan endapan gunung berapi purba yang telah mengalami erosi kuat sehingga menghaasilkan bentuk yang unik.

17. Sumpang Bita
Merupakan taman purbakala yang terletak didaerah perbukitan  karst, pangkep. Untuk mencapai gua yang didalamnya terdapat gambar telapak tangan, babi rusa dan perahu yan diperkirakan berusia 5000 tahun silam, harus melewati ratusan anak tangga

18. Bandara Sultan Hasanuddin
Bandar Udara International Sultan Hasanuddin merupakan pintu gerbang penerbangan untuk wilayah indonesia timur. keunikan bandara ini yaitub posisi landas pacu yang baru bersilangan dengan landas pacu yang sudah ada

19. Taman Prasejarah Leang-Leang
 
Taman Prasejarah ini terletak pada daerah perbukitan karst yang curam, dan diduga pernah dihuni oleh manusia yang ditandai dengan lukisan babi rusa dan gambar gambar telapak tangan pada dinding gua. Terdapat juga fosil kerang disekitar gua

20. Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung
Kawasan ini terletak didaerah karst yang ditumbuhi vegetaasi tropis yan subur dan juga menjadi habitat berbagai spesies kupu-kupu burung dan serangga langka. selain air terjun, terdapat pula gua dengan stalagmit dan stalatit yang menakjubkan.

untuk info destinasi wisata sulsel sy akhiri disini dulu, masih banyk sebenarnya tempat wisata yang ada di sulsel, namun karena keterbatasan penulis maka mungkin ini yang bisa disampaikan.
 

 
 
 
 



 

Senin, 25 November 2013

Tukar Link



Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...