Pemmali merupakan istilah dalam
masyarakat Bugis yang digunakan untuk menyatakan larangan kepada
seseorang yang berbuat dan mengatakan sesuatu yang tidak sesuai. Pemmali dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi “pemali” yang memiliki makna pantangan, larangan berdasarkan adat dan kebiasaan.
Masyarakat Bugis meyakini bahwa pelanggaran terhadap pemmali akan
mengakibatkan ganjaran atau kutukan. Kepercayaan masyarakat Bugis
terhadap pemmali selalu dipegang teguh. Fungsi utama pemmali adalah sebagai pegangan untuk membentuk pribadi luhur. Dalam hal ini pemmali memegang peranan sebagai media pendidikan budi pekerti.
Bentuk-bentuk Pemmali:
Pemmali Bentuk Perkataan
Pemmali bentuk ini berupa tuturan atau ujaran. Biasanya berupa
kata-kata yang dilarang atau pantang untuk diucapkan. Kata-kata yang
pantang untuk diucapkan disebut kata tabu. Contoh kata tabu yang
merupakan bagian pemmali berbentuk perkataan misalnya balawo â˜tikusâ,
buaja â˜buayaâ, guttu â˜gunturâ. Kata-kata tabu seperti di atas jika
diucapkan diyakini akan menghadirkan bencana atau kerugian. Misalnya,
menyebut kata balawo (tikus) dipercaya masyarakat akan mengakibatkan
gagal panen karena serangan hama tikus. Begitu pula menyebut kata
buajaâ˜buayaâ dapat mengakibatkan Sang Makhluk marah sehingga akan
meminta korban manusia.
Untuk menghindari penggunaan kata-kata tabu dalam berkomunikasi,
masyarakat Bugis menggunakan eufemisme sebagai padanan kata yang lebih
halus. Misalnya, kata punna tanah â penguasa tanah â digunakan untuk
menggantikan kata balawo, punna uwae â˜penguasa airâ digunakan untuk
menggantikan kata buaja.
Pemmali Bentuk Perbuatan atau Tindakan
Pemmali bentuk perbuatan atau tindakan merupakan tingkah laku
yang dilarang untuk dilakukan guna menghindari datangnya bahaya, karma,
atau berkurangnya rezeki.
Beberapa contoh pemmali dan maknanya:
Riappemmalianggi anaâ daraE makkelong ri dapurennge narekko mannasui (Pantangan bagi seorang gadis menyanyi di dapur apabila sedang memasak atau menyiapkan makanan).
Masyarakat Bugis menjadikan pantangan menyanyi pada saat sedang
memasak bagi seorang gadis. Akibat yang dapat ditimbulkan dari
pelanggaran terhadap larangan ini adalah kemungkinan sang gadis akan
mendapatkan jodoh yang sudah tua. Secara logika, tidak ada hubungan
secara langsung antara menyanyi di dapur dengan jodoh seseorang. Memasak
merupakan aktivitas manusia, sedangkan jodoh merupakan faktor nasib,
takdir, dan kehendak Tuhan.Jika dimaknai lebih lanjut, pemmali
di atas sebenarnya memiliki hubungan erat dengan masalah kesehatan.
Menyanyi di dapur dapat mengakibatkan keluarnya ludah kemudian terpercik
ke makanan. Dengan demikian perilaku menyanyi pada saat memasak dapat
mendatangkan penyakit. Namun, ungkapan atau larangan yang bernilai bagi
kesehatan ini tidak dilakukan secara langsung, melainkan diungkapkan
dalam bentuk pemmali.
Deq nawedding anaq daraE matinro lettu tengga esso nasabaq labewi dalleqna (Gadis tidak boleh tidur sampai tengah hari sebab rezeki akan berlalu).
Bangun tengah hari melambangkan sikap malas. Apabila dilakukan oleh
gadis, hal ini dianggap sangat tidak baik. Jika seseorang terlambat
bangun, maka pekerjaannya akan terbengkalai sehingga rezeki yang bisa
diperoleh lewat begitu saja. Terlambat bangun bagi gadis juga
dihubungkan dengan kemungkinan mendapatkan jodoh. Karena dianggap malas,
lelaki bujangan tidak akan memilih gadis seperti ini menjadi istri.
Jodoh ini merupakan salah satu rezeki yang melayang karena terlambat
bangun.
Dari tinjauan kesehatan, bangun tengah hari dapat mengakibatkan
kondisi fisik menjadi lemah. Kondisi yang lemah menyebabkan perempuan
(gadis) tidak dapat beraktivitas menyelesaikan kebutuhan rumah tangga.
Masyarakat Bugis menempatkan perempuan sebagai pemegang kunci dalam
mengurus rumah tangga. Perempuan memiliki jangkauan tugas yang luas,
misalnya mengurus kebutuhan suami dan anak.
Riappemmalianggi matinro esso taue ri sese denapa natabbawa ujuna taumate engkae ri bali bolata (Pantangan orang tidur siang jika jenazah yang ada di tetangga kita belum diberangkatkan ke kuburan).
Pemmali ini menggambarkan betapa tingginya penghargaan
masyarakat Bugis terhadap sesamanya. Jika ada tetangga yang meninggal,
masyarakat diharapkan ikut mengurus. Masyarakat biasanya berdatangan ke
tempat jenazah disemayamkan untuk memberikan penghormatan terakhir dan
sebagai ungkapan turut berduka cita bagi keluarga yang ditinggalkan.
Masyarakat yang tidak dapat melayat jenazah karena memiliki halangan
dilarang untuk tidur sebelum jenazah dikuburkan. Mereka dilarang tidur
untuk menunjukkan perasaan berduka atau berempati dengan suasana duka
yang dialami keluarga orang yang meninggal.
Pemmali mattula bangi tauwe nasabaq macilakai (Pantangan bertopang dagu sebab akan sial).
Bertopang dagu menunjukkan sikap seseorang yang tidak melakukan
sesuatu. Pekerjaannya hanya berpangku tangan. Perbuatan ini mencerminkan
sikap malas. Tidak ada hasil yang bisa didapatkan karena tidak ada
pekerjaan yang dilakukan. Orang yang demikian biasanya hidup menderita.
Ia dianggap sial karena tidak mampu melakukan pekerjaan yang
mendatangkan hasil untuk memenuhi kebutuhannya. Ketidakmampuan tersebut
mengakibatkan hidupnya menderita.
Pemmali lewu moppang ananaE nasabaq magatti mate indoqna (Pemali anak-anak berbaring tengkurap sebab ibunya akan cepat meninggal).
Tidur tengkurap merupakan cara tidur yang tidak biasa. Cara tidur
seperti ini dapat mengakibatkan ganguan terhadap kesehatan, misalnya
sakit di dada atau sakit perut. Pemali ini berfungsi mendidik anak untuk
menjadi orang memegang teguh etika, memahami sopan santun, dan menjaga
budaya. Anak merupakan generasi yang harus dibina agar tumbuh sehingga
ketika besar ia tidak memalukan keluarga.
Pemmali kalloloe manrewi passampo nasabaq iyaro nasabaq ipancajiwi passampo siri (Pemali bagi remaja laki-laki menggunakan penutup sebagai alat makan sebab ia akan dijadikan penutup malu).
Laki-laki yang menggunakan penutup benda tertentu (penutup rantangan,
panci, dan lainnya) sebagai alat makan akan menjadi penutup malu.
Penutup malu maksudnya menikahi gadis yang hamil di luar nikah akibat
perbuatan orang lain. Meski pun bukan dia yang menghamili, namun dia
yang ditunjuk untuk mengawini atau bertanggung jawab. Inti pemali ini
adalah memanfaatkan sesuatu sesuai fungsinya.
Menggunakan penutup (penutup benda tertentu) sebagai alat makan tidak
sesuai dengan etika makan. Penutup bukan alat makan. Orang yang makan
dengan penutup merupakan orang yang tidak menaati sopan santun dan etika
makan. Akibat lain yang ditimbulkan jika menggunakan penutup sebagai
alai makan adalah debu akan terbang masuk ke makanan. Akhirnya, makanan
yang ada di wadah tertentu menjadi kotor karena tidak memiliki penutup.
Hal ini sangat tidak baik bagi kesehatan karena dapat mendatangkan
penyakit.
( Pemmali saleiwi inanre iyarega uwae pella iya puraE ipatala nasabaq mabisai nakenna abalaq) pemali meninggalkan makanan atau minuman yang sudah dihidangkan karena biasa terkena bencana).
Pemali ini memuat ajaran untuk tidak meninggalkan makanan atau
minuman yang telah dihidangkan. Meninggalkan makanan atau minuman yang
sengaja dibuatkan tanpa mencicipinya adalah pemborosan. Makanan atau
minuman yang disiapkan itu menjadi mubazir. Makanan bagi masyarakat
Bugis merupakan rezeki besar. Orang yang meninggalkan makanan atau
minuman tanpa mencicipi merupakan wujud penolakan terhadap rezeki.
Selain itu, menikmati makanan atau minuman yang dihidangkan tuan rumah
merupakan bentuk penghoramatan seorang tamu terhadap tuan rumah.
Meninggalkan makanan dapat membuat tuan rumah tersinggung.
Berdasarkan beberapa contoh yang dipaparkan di atas, pemmali dapat dikategorikan ke dalam beberapa bagian, yaitu menurut jenis kelamin, usia, atau bidang kegiatan. Pemmali dalam masyarakat Bugis merupakan nilai budaya yang sarat dengan muatan pendidikan. Pemmaliumumnya
memiliki makna yang berisi anjuran untuk berbuat baik, baik perbuatan
yang dilakukan terhadap sesama maupun perbuatan untuk kebaikan diri
sendiri. Pemmali sangat kaya nilai luhur dalam pergaulan, etika,
kepribadian, dan sopan santun. Melihat tujuannya yang begitu luhur,pemmali merupakan nilai budaya Bugis yang mutlak untuk terus dipertahankan.
Senin, 18 November 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar