Hal ini terjadi
pula pada Perayaan Hari - hari besar islam dengan nuansa dan warna
sinkretisme, seperti perayaan maulid Nabi Muhammad SAW dengan rentetan
acaranya sebagai berikut : appakarammula, ammone baku, ammode’ baku,
angngantara kanre maudu’, pannarimang kanre maudu’, a’rate (assikkiri’),
pammacang salawa, pattoanang, pabbageang kanre maudu. Perayaan
hari-hari besar islam yang juga menghadirkan pembacaan “zikkiri –
barazanji”, selain Maulid Nabi adalah : Isra Mi’raj, Sepuluh Muharram,
bahkan pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, masih banyak masyarakat
menyelenggarakan barzanji atau mengundang “pabaca doang” (Pembaca Doa,
biasanya imam kampung atau anrong guru) ke rumahnya untuk membacakan
segala jenis dan rupa makanan, yang diiringi bau asap kemenyan. Dalam
pandangan agama (Islam), hal tersebut bisa dianggap musyrik
(menyekutukan Allah) atau “bid’ah” (tidak ada dalam syariat Islam/tidak
ada tuntunannya sebagaimana yang pernah dicontohkan dalam kehidupan
Rasulullah SAW).
Seperti
diketahui, Agama Islam masuk di Sulawesi Selatan, dengan cara yang
sangat santun terhadap kebudayaan dan tradisi masyarakat Bugis Makassar.
Bukti nyata dari sikap kesantunan Islam terhadap budaya dan tradisi
Bugis Makassar dapat kita lihat dalam tradisi – tradisi keislaman yang
berkembang di Sulawesi Selatan hingga kini. Seperti mengganti pembacaan
kitab La Galigo dengan tradisi pembacaan barzanji, sebuah kitab yang
berisi sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW, dalam setiap hajatan dan
acara, doa – doa selamatan, bahkan ketika membeli kendaraan baru, dan
lain sebagainya. Tradisi Mabbarazanji ini merupakan bukti terjadinya
asimilasi damai dengan budaya Bugis Makassar.
Dengan semakin
berkurangnya orang yang bisa membaca kitab barzanji, apakah ini
merupakan awal kehancuran atau hilangnya tradisi masyarakat Bugis
Makassar terkait perayaan atau penyelenggaraan upacara siklus hidup
(alahere, aqeqah, appatamma, khitanan adat (assunna), appabunting, dan
ammateang), ataukah akan muncul tradisi baru, tradisi lama tanpa
pembacaan kitab barzanji, ataukah dengan gejala ini, merupakan suatu
awal yang bagus bagi masyarakat islam bugis makassar untuk meninggalkan
dan menanggalkan tradisi budayanya yang ‘kurang islami’, dan apakah
benar membaca kitab barzanji merupakan suatu hal yang bid’ah dalam
pandangan ajaran Islam.
0 komentar:
Posting Komentar